Sabtu itu sangat dingin. Setelah sebelumnya menginap di hutan
dengan hanya menggunakan kemah dari ponco sambil diguyur hujan deras hingga subuh,
beserta makanan yang harus kami cari sendiri di hutan. Saya bersyukur telah
melalui tahap tersebut.
Kami melanjutkan survival berjalan di hutan mulai pagi itu.
Terlebih dahulu setiap kelompok harus mencari bekal komsumsinya yang telah disimpan
oleh pelatih di hutan. Kami hanya diberikan kompas prisma dan data koordinat.
Saya yang tergabung dalam kelompok 10 mendapatkan data koordinat dengan sudut
1000 dan jarak 70 m, akhirnya menemukan target setelah mengaplikasikan
pengetahuan tentang navigasi darat. Jangan bayangkan kami menemukan nasi kotak,
yang ada hanyalah beras sekitar satu gelas, sepotong ubi kayu, dan sebuah ubi
jalar untuk bekal perjalanan sampai esok hari. Hati ini sangat bergembira.
Kami berjalan menelusuri hutan Kopassus yang sangat lebat,
melintasi jalanan buatan berlumpur, jalan setapak yang sempit, menyeberang
sungai yang dingin, hingga mengelak tanaman berduri. Semua kami lakukan dengan
tetap waspada, saling menjaga, dan mengamati sekitar jalan, mungkin saja ada
makanan yang bisa kami makan misalnya jantung pisang monyet.
Sekitar 30 menit kami istirahat dan melanjutkan perjalanan,
hingga tibalah kami di pinggir danau. Danau yang sangat indah dengan ikannya
yang berwarna merah sering muncul ke pinggir dan permukaan danau. Disinilah
kami kembali memasak beras untuk makan siang. Setelah shalat dluhur, kamipun
melanjutkan perjalanan di air dengan menggunakan perahu karet. Kami mendayung
diatas danau yang katanya sepanjang 3 km. Kami pun sampai diseberang danau dan
mendirikan kemah dari ponco.
Perjalanan hari itu sangat bermakna. Mayoritas diantara kami
hidup di kota dengan makanan yang cukup enak, beraneka ragam warna dan rasa.
Dan saat itu kami hanya memakan singkong yang sedikit, satu warna, serat
kayunya sudah terasa, dan hanya berbumbu garam, dimasaknya juga susah. Disini
saya belajar bahwa makanan apapun harus dihargai; dan akan tetap terasa nikmat
jika kita mensyukurinya. Dan anehnya, karena rasa syukur itu, selain terasa
nikmat, saya merasakan adanya kebahagiaan dan ketenangan. Olehnya itu, marilah
kita selalu bersyukur kepada Allah SWT sebagaimana yang diperintahkannya dalam
Al-Quran:
Bersyukur berarti kita menyadari dan merasakan keindahan
karunia Allah SWT yang kita dapatkan. Kita dapat menunjukkannya dengan
menjalankan perintah Allah SWT. Bahkan mengakui bahwa itu pemberian Allah
adalah bentuk rasa syukur. Jadi dengan bersyukur, kita telah berlaku adil
terhadap diri sendiri dan dampaknya akan kembali kepada orang yang bersyukur,
apakah ditambahkannya rezeki berupa materi yang lain, atau berupa ketenangan. Walaupun
kita tidak bersyukur pun, Allah SWT tidak akan berkurang kekayaannya. Dalam ayat
yang lain dinyatakan Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedi.” (QS Ibrahim: 7).
***
Malam minggu hingga minggu pagi dini hari adalah malam
bersejarah. Disinilah kami dikukuhkan sebagai Pengajar Muda angkatan IV, menjadi
bagian dari keluarga besar Indonesia Mengajar. Upacara pengukuhan dilakukan
dalam sebuah upacara dimana Anies Baswedan selaku pendiri Gerakan Indonesia Mengajar
bertindak sebagai inspektur upacara.
Pesan tersebut sangat penting. Semangatlah yang membuat kita
mampu bergerak dalam mencapai sebuah harapan. Semangatlah yang membuat kita
bersungguh-sungguh dalam bekerja. Jika tidak ada semangat, besarnya potensi
kita tidak akan berguna.
Saya harus selalu bersemangat khususnya saat penugasan satu
tahun nanti. Saya hadir untuk mengajarkan pentingnya harapan kepada anak-anak
di pelosok sana. Maka bagaimana mungkin saya dapat melakukannya jika saya
sendiri telah berputus asa. Saya yakin bahwa Allah selalu bersama kepada
orang-orang yang bersemangat dan optimis, sebagaimana firmannya dalam al Quran:
“Dan berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.” (QS Al-A'raf: 56).
Pesan yang ketiga adalah jaga nama baik Indonesia Mengajar.
Ini sangat penting, sebab dengan status sebagai Pengajar Muda, gerak langkah
saya khususnya selama bertugas akan berkaitan dengan Indonesia Mengajar. Disinilah
peran penting Pengajar Muda dalam menjaga nama baik, bahkan lebih dari yang ada
di Jakarta. Saya berdoa kepada Allah SWT, agar diberikan kekuatan menjaga nama
baik itu, dan melewati tantangan yang ada didepan saya.
No comments:
Post a Comment